JAKARTA, KOMPAS.com — Memasuki era globalisasi yang kompetitif dan terbuka, nilai-nilai masyarakat yang terkandung dalam Pancasila dan UUD 1945 mulai memudar, terutama di kalangan pemuda dan mahasiswa. Mahasiswa saat ini tampak mengalami kesulitan memahami Pancasila.
Menurut Staf Ahli Kementerian Politik, Hukum, dan HAM (Kempolhukam) Cristina M Rantetana, dari berbagai survei yang dilakukannya di sejumlah kampus, mahasiswa saat ini tampak mengalami kesulitan memahami Pancasila. Kondisi ini tentu saja membawa keprihatinan mendalam bagi pemerintah. Apalagi, salah satu kampus di Gorontalo telah mengusulkan kepadanya untuk menerapkan kembali P4 yang di zaman Orde Baru menjadi agenda wajib bagi mahasiswa.
"Dari beberapa kampus yang saya kunjungi, baik universitas negeri maupun swasta, semuanya menyatakan krisis mental Pancasila. Bahkan, Universitas Gorontalo mengusulkan harus ada pendidikan P4 lagi sebagai platform kebangsaan masyarakat," kata Christina dalam seminar nasional "Wawasan Kebangsaan", Jumat (27/5/2011) sore di Universitas Nasional, Jakarta Selatan.
Kondisi itu, lanjut Christina, menjadi ancaman besar bagi kemajemukan bangsa. Ia mencontohkan, sejumlah mahasiswa yang berbeda fakultas atau kampus sering kali terlibat bentrokan atau tawuran hanya diakibatkan persoalan sepele.
"Kondisi faktual ini juga membawa degradasi moral dan akhlak dengan dalih norma agama, menguatnya semangat kedaerahan, serta dampak negatif globalisasi," ujarnya.
Semua kondisi ini terjadi, kata Christina, karena pada saat Reformasi 1998 meletus, segala nilai yang tertanam di era sebelumnya dianggap buruk sehingga semuanya ditinggalkan. Sementara itu, nilai-nilai baru sampai sekarang belum muncul.
"Saat ini, nilai-nilai yang lalu itu semuanya dianggap jelek, sedangkan yang baru tak juga ditemukan. Akhirnya, negara menjadi tak karu-karuan," kata Christina.
sumber : kompas cetak
Indra | Latief | Sabtu, 28 Mei 2011 | 17:16 WIB
0 komentar:
Posting Komentar